Muhammadiyah Tetapkan 1 Ramadan 1446 H Jatuh pada 1 Maret 2025
- Menjelang Ramadan, masyarakat ramai membahas wacana libur sekolah selama bulan puasa.
Tren
IBUKOTAKINI.COM - Pimpinan Pusat Muhammadiyah resmi menetapkan 1 Ramadan 1446 Hijriah jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025. Penetapan ini berdasarkan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) yang telah digunakan Muhammadiyah sejak 1 Muharram 1445 Hijriah atau tahun 2024.
“1 Ramadan 1446 H: Sabtu, 1 Maret 2025,” demikian tertulis dalam Kalender Hijriah Global Tunggal Muhammadiyah. Keputusan ini mengacu pada ijtima yang terjadi pada Jumat, 28 Februari 2025, pukul 00:44:44 GMT. Awal imkan rukyat dunia juga telah ditetapkan pada Jumat, 28 Februari 2025, pukul 14:42:47 GMT, dengan tinggi bulan mencapai 07°02’18” dan elongasi sebesar 08°00’00”.
Selain itu, Muhammadiyah juga menetapkan Hari Raya Idulfitri atau 1 Syawal 1446 H jatuh pada Minggu, 30 Maret 2025. Penentuan ini mengacu pada prinsip-prinsip KHGT yang mengadopsi “Kriteria Turki 2016”, hasil forum Muktamar Kalender Islam Global di Turki tahun 2016. Prinsip utama KHGT adalah kesatuan matlak dengan syarat imkan rukyat, yakni ketinggian hilal minimal 5 derajat dan sudut elongasi minimal 8 derajat di belahan bumi mana pun.
Dikutip dari Trenasia.com, Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Maskufa, menjelaskan bahwa pemilihan “Kriteria Turki 2016” sebagai acuan kalender bertujuan menciptakan sistem penanggalan Islam yang dapat menyatukan umat di seluruh dunia.
Sistem ini menerapkan prinsip satu hari satu tanggal secara global, yang didukung mayoritas pakar falak dan astronomi.
BACA JUGA:
Tingkatkan PAD, Pemprov Kaltim Dorong Kabupaten dan Kota Kolaborasi - ibukotakini.com
“Konsep ini memungkinkan umat Islam di seluruh dunia memiliki kalender yang seragam, sehingga mempermudah penentuan hari-hari besar keagamaan,” ujar Maskufa.
Menjelang Ramadan, masyarakat ramai membahas wacana libur sekolah selama bulan puasa. Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyatakan bahwa pihaknya sedang mengkaji usulan tersebut.
Menurut Nasaruddin, pondok pesantren selama ini memang sudah meliburkan aktivitas belajar mengajarnya saat Ramadan. Namun, kebijakan serupa untuk sekolah-sekolah umum masih dalam tahap pembahasan.
“Untuk sekolah-sekolah lain, masih kita wacanakan. Tunggu hasil kajiannya nanti,” ungkap Nasaruddin di Jakarta.
Ia menegaskan bahwa Ramadan adalah bulan konsentrasi untuk ibadah bagi umat Islam. Oleh karena itu, ia berharap peserta didik tetap dapat menjalankan ibadah dengan kualitas tinggi, baik saat sekolah libur maupun tetap beroperasi.
“Kami mendorong agar Ramadan kali ini lebih berkualitas, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Ini tentang bagaimana menciptakan pengalaman Ramadan yang bermakna dari berbagai perspektif,” pungkasnya. ***