Gedung Bank Indonesia
Ekonomi

Suku Bunga Acuan BI Diproyeksikan Bertahan di 3,5 Persen

  •  JAKARTA - 71% ekonom yang mengikuti jajak pendapat Reuters memproyeksikan Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga BI-7 Days Reverse R
Ekonomi
Redaksi

Redaksi

Author

JAKARTA - 71% ekonom yang mengikuti jajak pendapat Reuters memproyeksikan Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 3,5%.

Dalam jajak pendapat yang diselenggarakan pada 13-20 Juni 2022, ada 32 ekonom yang mengemukakan proyeksinya, dan 23 di antaranya mengatakan bahwa kemungkinan besar BI akan mempertahankan suku bunga di level yang telah disebutkan di atas.

Sementara itu, 29% atau 9 dari 32 ekonom yang mengikuti jajak pendapat tersebut berekspetasi BI akan menaikkan suku bunga seperti bank-bank sentral lainnya di kawasan Asia. Mereka memproyeksikan BI untuk menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 3,75%.

Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo dalam acara diskusi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) pada pekan lalu mengatakan bahwa inflasi di Indonesia masih terkendali.

Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi per Mei 2022 berada di level 3,55% year-on-year (yoy). Untuk akhir tahun, BI memprediksi inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) akan mencapai 4,2%.

"Tapi, inflasi inti dan ekspetasi inflasi masih bisa terkendali di dalam kisaran 2%-4% untuk tahun ini dan juga tahun depan," ungkap Perry dikutip dari video di kanal YouTube INDEF yang diunggah Rabu, 15 Juni 2022.

Perry pun menyampaikan, dari aspek fiskal, peningkatan subsidi telah membantu mengurangi dampak lonjakan harga komoditas dunia kepada inflasi dalam negeri.

"Karena koordinasi antara fiskal dan moneter yang erat, kenaikan harga energi dan komoditas global tidak kemudian berdampak signifikan terhadap inflasi dalam negeri," katanya.

Dengan mengukur dampak gejolak harga komoditas terhadap inflasi dampak negeri, Perry mengatakan bahwa BI tidak perlu menaikkan suku bunga dalam waktu dekat ini.

Sementara itu, BI juga dikatakan Perry tetap menempuh langkah normalisasi moneter dengan menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM). GWM dinaikkan menjadi 6% di bulan Juni, 7% di bulan Juli, dan 9% di bulan September.

Perry pun menegaskan bahwa kenaikan GWM ditempuh tanpa mengganggu kinerja perbankan dalam menyalurkan kredit dan pembiayaan surat berharga negara (SBN).

"Sejauh ini, inflasi masih terkendali, dan ekspetasi inflasi juga terkendali, dan skenario itu tetap kami lakukan dengan mengawasi perkembangan inflasi ke depan," kata Perry.